Melestarikan Pencak Silat Tejokusuman

Salam Sejahtera,

Kami warga Organisasi Pencak Silat KRISNAMURTI Mataram yang berkedudukan di Yogyakarta merupakan salah satu pewaris dan penerus gaya pencak silat yang diciptakan oleh RM. HARIMURTI. Beliau adalah putera dari GPH. Tejokusumo, bangsawan kraton Yogyakarta yang terkenal sebagai empu tari klasik gaya Yogyakarta. Kami dalam dedikasi melestarikan pencak silat Tejokusuman sebagai salah satu warisan budaya Nusantara yang sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan karena keunikannya yang dekat dengan tari klasik gaya Yogyakarta. RM. Harimurti semasa hidupnya dikenal sebagai penari hebat tari klasik gaya Yogyakarta sekaligus pencipta pencak silat gaya Tejokusuman.

Blog ini dibuat untuk menjadi wahana dokumentasi dan inventarisasi publik tentang pencak silat gaya Tejokusuman, yang saat ini masih dilestarikan oleh para mantan murid RM. Harimurti dan para penerus yang lain. Blog ini juga menjadi jembatan dan jalan untuk mengenal keunikan pencak silat gaya Tejokusuman sebagai salah satu kekayaan budaya Nusantara yang sempat lahir di Yogyakarta.

Pada saat ini, kegiatan latihan yang bersifat massal dengan kurikulum reguler masih diselenggarakan di pendopo milik RM. Wisnu Wardhana di kampung Minggiran, Yogyakarta. Latihan dengan kurikulum khusus juga dilaksanakan oleh beberapa penerus yang memiliki kualifikasi sebagai pelatih berpengalaman dengan cara privat untuk mencapai kualifikasi yang tinggi dan percepatan latihan yang terkendali.

Warga masyarakat yang ingin berlatih dan mendalami sungguh-sungguh pencak silat gaya Tejokusuman dapat mendaftarkan diri di tempat latihan atau menghubungi kami via email (krisnamurtimataram@gmail.com)

Salam,

Djarot Purbadi

53 Responses to “Melestarikan Pencak Silat Tejokusuman”

  1. albessartono Says:

    Salam,
    Saya tertarik dengan biografi RM Harimurti. Saya adalah salah satu murid PS Harimurti (dulu bernama Perpi Pulanggeni-asuhan Bp. Sarjono-murid alm. Bp. Sukowinandi). Saya baru tahu ternyata PS Harimurti masih satu indukan dengan PS Krisnamurti (masih saudara). Sayang, PS Harimurti itu kini mati suri. Demikian pula PS Krisnamurti. Juga PS-PS lain di NUsantara. Justru orang asinglah yang getol mempelajarinya. Kita udah kalah dg mereka. Ketekunan dan postur tubuh mereka yang relatif besar dan kuat jadi modal berlebih utk mereka.
    Saya tertarik dg, lika-liku perjalanan/petualangan penciptaan ilmu silta itu sendiri melalui RM Harimurti. Adakah yang bisa ngasih penjelasan ?

  2. djarotpurbadi Says:

    Mas Sartono, keinginan anda sudah ada di dalam skenario kami tentang mendokumentasikan PS Mataram-Tejokusuman. Sementara ini tinggal 4 orang murid langsung dari RM Harimurti yang masih sugeng, pelan-pelan kami dekati dan dokumentasikan masa lalu pencak silat kita itu. Kita satu sumber, dan ada persoalan bahwa “gaya asli” Tejokusuman mulai berubah karena setiap penerima ajaran pencak silat seringkali menciptakan gaya sendiri akibat dari pengaruh film dll. Kami beberapa orang termasuk yang ingin melestarikan gerakan pencak silat tersebut seasli-aslinya !

    Tentang Orpensi Krisnamurti atau Harimurti atau Perpi menurut kami adalah wadah atau organisasinya, sedangkan “aliran” pencaknya sama. Nah jika kita satu sumber dan satu gaya, tentunya semuanya bisa bersatu dan bersama-sama melestarikan warisan adiluhung tersebut. Kita warga Krisnamurti setiap tahun selalu ziarah ke makam RM. Harimurti sebagai wujud syukur dan terima kasih. Apakah saudara-saudara lain juga ingin bergabung ?

    Salam,
    Djarot Purbadi

  3. Chrisna Deva Says:

    Salam sejahtera,

    Mas Djarot yang budiman,

    Saya bahagia sekali membaca tulisan tentang Pencak Silat Krisnamurti. Saya dulu pada tahun 1976 hingga 1980 rajin sekali berlatih silat di nDalem Tejokusuman. Meskipun pada akhirnya saya meninggalkan Jogja dan sempat berlatih beberapa beladiri, namun saya menyimpulkan bahwa pencak silat Krisnmurti sangatlah mengagumkan. Saya pernah memilik buku tentang Romo Hari yang diterbitkan Buana Minggu tapi sayang hilang entah kemana. Saya masih ingat – kalau tidak salah – dulu salah satu pelatih namanya mas Zainal, dan -saya agak lupa asmane- seorang perwira di Angkatan Udara yang daleme di utara bioskop Permata. Saya senang sekali kalau PS. Krisnamurti dapat diuri-uri. Jika suatu hari saya pulang ingin sekali mampir untuk melihat saudara-saudar PS. Krisnamurt berlatih. Kalau benar sekarang berlatih di ndalemya RM. Wisnu Wardhana saya pasti datang karena kebetulan beliau masih kerabat dekat keluarga saya.

    Salam hormat.

    Chrisna Deva

    • sugiarto Says:

      Kpd. Yth mas Chrisna.
      Latihan di dalem Wisnu wardana setiap hari jum’at malam mulai jam 19.30 s.d jam 21.30, silakan mas kalo ke jogja kami tunggu kedatangannya

  4. djarotpurbadi Says:

    Mas Chrisna yang baik, kami memang sekarang berlatih di pendopo RM. Wisnu Wardhana atas usaha Mas RM. Yudoyono (alm). Ndalem Tejokusuman sudah dimiliki pihak lain dan kita nggak bisa lagi berlatih di sana. Jika benar panjenengan berlatih tahun 1976-1980, kira-kira ya pernah jumpa saya tetapi saya lupa, mohon maaf, sebab saya latihan awal di ndalem Suryodiningratan dengan pelatih Mas Parjono, Mas Prapto, dsb.

    Tentang RM Harimurti dan pencak yang beliau wariskan serta tuntunan lainnya akan kami kumpulkan di blog ini, agar tidak musnah semuanya, sebab sekarang sudah banyak sahabat beliau yang satu-persatu meninggal dunia. Kami prihatin dari aspek pelestarian, dan masih bersemangat meskipun sekarang untuk melakukan gerakan fisik sudah tidak sehebat 20 tahun yang lalu !

    Saya merasa gembira bisa jumpa sahabat seperguruan melalui blog ini, sehingga tali persaudaraan dapat terus bersambung. Hal ini memang menjadi cita-cita Pak Subarjo bahwa kekeluargaan adalah yang penting, disamping melestarikan pencak kita yang unik. Adik-adik yang belajar gerakan fisik pencak masih terus berlatih, para senior seusia saya gemar berlatih pernafasan warisan suwargi juga, seperti yang pernah ditulis di sebuah penerbit. Beberapa waktu yang lalu dilatih Pak Tarsono, murid RM Harimurti yang tinggal di Gamping.

    Melalui blog ini juga ada tanda bahwa persahabatan dengan para siswa pencak Tejokusuman dari lain organisasi juga dapat disambung. Mas Sartono menjadi salah satu contohnya, bahwa kita masih satu saudara meskipun lain organisasi.

    Nuwun.

    • Yth Mas Djarot
      Saya senang ketemu sedulur di dunia maya ini. Dulu saya memang senang latihan pencak warisan Ndara Hari. Teman2 saya juga banyak. Dulu pencak ini cukup ngrembaka di wilayah kami, Sleman. Saya pernah dilatih tarung sama suwargi Pak Sukowinadi. Heran, saya gak bisa mendekatinya. Padahal dulu dia sudah sepuh, saya baru kelas 3 SMA. Dulu saya kurang mengerti ternyata Krisnamurti dan Harimurti itu saudara kembar. Saya merasa sering eman2 kita gak punya dokumen lengkap tentang kekayaan budaya kita sendiri. Saya punya fotokopian buku ringkas tentang gerakan dan latihan dasar pencak Harimurti, tapi saya merasa sangat kurang lengkap. Kini saya juga sadar bahwa sedulur atau teman memang lebih bernilai daripada permusuhan atau pertentangan. Saya punya harapan Krisnamurti, Harimurti, pencak Tejakusuman bisa terus lestari dari generasi ke generasi.
      Salam
      A.Sartono

      • djarotpurbadi Says:

        Mas Sartono, kapan-kapan kita ketemu ya, menggagas bersama bagaimana melestarikan kekayaan budaya Pencak Silat Tejokusuman. Weblog ini barulah salah satu cara yang bisa saya tempuh saat ini. Soal gerakan, saya kira masih banyak yang hafal dalam kepala, termasuk saya dan banyak teman-teman KM.

  5. Chrisna Deva Says:

    Mas Djarot yang baik,

    Bahagia sekali membaca balasan email dari saudara seperguruan. Meski hanya lewat tulisan tapi ada perasaan yang menyenangkan tahu bahwa PS. Krisnamurti masih ada yang nguri-uri. Sekarang mungkin memang sedang mati suri tapi saya berkeyakinan pasti akan hidup kembali dan mencapai kejayaan spt saat suwargi Romo Hari masih sugeng.

    Mas kebetulan akhir bulan ini saya ada rencana pulang ke Jogja selama 3 hari. Mohon kalau tidak berkeberatan kita bisa ketemu. Saya bisa sowan ke ndaleme panjenengan atau kalau kebetulan ada latihan di Minggiran kalau diijinkan dengan senang hati saya akan mampir dan ngobrol-ngobrol tentang PS. Krisnamurti.

    Kebetulan saya punya foto-foto sekitar tahun 1976/1977 saat berlatih bersama kelurga besar PS. Krisnamurti di makam Imogoro, mudah2an foto-foto lama tersebut bisa ketemu.

    Salam,

    Chrisna Deva

    PS : Mas kaluau tidak berkeberatan saya minta nomor telpnya. Ini nomor HP saya 0811396873

  6. djarotpurbadi Says:

    Mas Chrisna, latihan di pendopo Wisnu Wardhana hari Jumat sekitar pukul 16.00 s.d. 18.00. Beberapa senior biasanya hadir, bahkan Pak Subarjo juga menunggui. Oke, nomor HP saya 08122953205. Jika sudah dekat dan pasti hari, tanggal dan jam panjenengan kondur Jogja, kita tentu akan bisa jumpa. Akan saya kabarkan ke para saudara yang lain. Saya berharap lewat blog ini kita bisa mengumpulkan “tulang-tulang yang berserakan” dan bangkit kembali dengan semangat baru !

  7. perpi harimurti masih punya penerus dan cabang di kota malang, sekretariat jl pisang candi barat 23 malang..hub:Bp.KRAT Sudihartono Wiryonegoro,S.Pd

  8. djarotpurbadi Says:

    Mas Maryo, terimakasih. Senang mendengar berita dari panjenengan yang menurut saya menunjukkan masih eksisnya pencak silat mataram gaya Tejokusuman dalam tubuh Perpi. Sama dengan Krisnamurti, Perpi juga organisasi (wadah) sedangkan isinya adalah Pencak dan Murid Tejokusuman. Mas, sekali-sekali kita perlu komunikasi lebih lanjut, sesama murid tunggal sumber, agar dapat saling kenal dan saling bahu-membahu mengembangkan warisan RM. Harimurti yang langka ini. Anak asuhan Pak Subarjo yang di luar negeri gencar mengembangkan dan sering mengirim sahabatnya orang-orang asing untuk belajar di sumber yang masih ada di Jogja.

    Salam hangat dari kami di Jogja.

  9. Chrisna Deva Says:

    Mas Djarot yang terhormat,..

    Salam sejahtera.

    Sebelumnya mohon maaf krn beberapa saat hilang kontak. Saya baru saja tugas diperbatasan Malaysia beberapa hari yang lalu. Berhubung di hutan maka hialng semua akses internet.

    Akhirnya saya dapat ijin untuk pulang dari tanggal 26 sampai 29 November. Kok ndilalah Rebo Pon – Kamis Wage – Jumat Kliwon, jadi neptune 40 he he he…. Guyon lho mas. Saya akan semaptkan untuk ketemu panjenengan mas. Sumonggo panjenengan atur wekdalipun mas, kawulo nderek mawon.

    Mas mpunopo gadah alamat lengkapipun KRAT Sudihartono Wiryonegoro, S.Pd. Menawi wonten nomor telpunipun. Itung itung ngemaplaken balung pisah.

    Kok tekad semakin membara nguri-nguri warisan romo Hari ya,……mudah-mudahan bisa ketemu saudara-saudara di Jakarta juga.

    Matur suwun,….

    Salam hormat penuh persaudaraan.

    Chrisna Deva

  10. djarotpurbadi Says:

    Ini ada berita dari Mas Maryo, bahwa menurut beliat Perpi Harimurti masih punya penerus dan cabang di kota malang, sekretariat jl Pisang Candi Barat 23 Malang..hub:Bp. KRAT Sudihartono Wiryonegoro,S.Pd

    Mas Chrisna, mungkin beliau ada di Malang, tetapi alamat yang diberikan ini sulit diakses dengan internet…

    Mas Maryo, apakah bisa diberi alamat beliau yang lebih lengkap, misalnya nomor telpon…atau cukup melalui panjenengan. Ini Mas Chrisna ingin tahu lebih jauh tentang Bapak di Malang.

    Salam Hangat,
    Djarot Purbadi

  11. salut usaha melestarikan budaya jawa.nguri-uri warising leluhur. Kami dari Keluarga Budhi Suci

  12. djarotpurbadi Says:

    Mas Achmad yang baik, terima kasih atas apresiasinya. Blog ini masih sangat awal dari skenario besar melestarikan warisan leluhur yang memang perlu dilestarikan. Salah satu keprihatinan saya pribadi adalah Pencak Silat Nusantara sebagian besar semakin punah, sementara beladiri “lain” justru berkembang. Saya tidak anti beladiri asing lho mas, sebab semua beladiri itu unik dan menarik.

    Bagi saya, semua beladiri itu seperti karya arsitektur di Nusantara, keanekaragamannya menyimpan makna dan nuansa yang sangat kaya serta membanggakan. Kedatangan beladiri dari luar menjadi unsur pemicu perkembangan dan memperkaya seluruhnya. Oleh karenanya, keberadaan semua beladiri itu menjadikan Nusantara adalah taman budaya yang keindahannya tiada duanya di seluruh dunia.

    Persoalan yang masih mengganjal ada dua yaitu (1) pencak silat masih cenderung terkait dengan dunia mistik, dan (2) permusuhan masa lalu masih sering menjadi acuan bagi pergaulan generasi masa kini. Saya kira, jika kedua hal itu bisa diklarifikasi dan ditempatkan pada kedudukan yang pas, maka pencak silat Nusantara akan berkembang dengan baik. Kami para siswa RM. Harimurti sudah sejak awal diajarkan bahwa mistik dalam pencak silat adalah “comberan” begitu kata RM. Harimurti, maka tidak diajarkan. Pelajaran yang dikembangkan adalag pencak silat sebagai seni gerak dan seni beladiri untuk mencapai kondisi waras trengginas lahir batin !

    Salam hangat kami untuk keluagra Budhi Suci. Kapan-kapan bisa jumpa dan saling mengenal ya Mas.

  13. Saya tertarik sekali dengan apa yang dituturkan di harian kompas 25 november 2008, saya ingin sekali mempelajari ilmu pernapasan ini karena barangkali bisa menyembuhkan penyakit saya, ada ga tutorial yang bisa saya download atau mungkin tempat latihannya di Semarang
    Maturnuwun

  14. djarotpurbadi Says:

    Mas Gagad, tutorial belum ada, tetapi buku tentang Ilmu Pernafasan itu pernah diterbitkan, tetapi kami tidak tahu apakah masih ada di toko atau tidak. Rata-rata senior di Krisnamurti punya bukunya dan pernah berlatih bahkan beberapa masih berlatih bersama perguruan lain di rumah Pak Tarsono. Jika tertarik bisa meluangkan waktu barang tiga hari untuk berlatih langsung di Pak Tarsono atau teman-teman kami yang khusus mempelajarinya.

    Krisnamurti sendiri hakekatnya adalah seni beladiri pencak silat yang mementingkan gerak itu sendiri sebagai alat beladiri, sementara yang berkaitan dengan kanuragan khususnya memecahkan benda keras tidak terlalu dikembangkan. Meskipun begitu, ilmu pernafasan juga dipelajari untuk menambah kekuatan fisik dan mental, tanpa bertujuan mampu memecahkan benda-benda keras ! Kita mempelajarinya sebagai bagian dari warisan RM Harimurti, tetapi tidak wajib, karena gerak pencak silatnya yang diwajibkan.

    Salam,

  15. mohon maaf baru bisa membalas lewat surat sekarang..nomor bapak sudihartono adalah 085646498554..beberapa murid pak sudi juga kabarnya membuka cabang di lampung(mas fredi)..tapi sayang murid di malang kesannya seperti enggan menjadi pelatih sehingga perkembangan perguruan di malang jadi tersendat..dan mungkin bakal punah juga jika pak sudi sudah tidak ada lagi..salam hangat dari malang juga..

  16. Frans Hartono Says:

    Mas Djarot yang tetap semangat,

    Salut atas usaha Anda untuk lebih memperkenalkan pencak Tejokusuman.
    Terimakasih atas pemuatan foto saya waktu berlatih di alam terbuka. Kalau tidak salah ingat foto itu sekitar tahun 1985-1986 tapi tempatnya lupa, mungkin di pantai Baron atau Kukup Gunungkidul. Saya (sedang melakukan tendangan balasan sambil bertumpu lutut) sedang bersparring dengan mas Sigit. Untuk mas Chrisna Deva, kalau tidak salah Anda satu angkatan dengan saya dengan guru pertamanya adalah mas Zain dan juga pak Roso yang perwira angkatan udara itu. Seingat saya Anda berdua dengan teman anda (kalau tidak salah juga namanya mas Farid) adalah murid paling muda waktu itu. Nyuwun pangapunten menawi lepat!
    Sampai sekarang saya sebenarnya masih punya semangat untuk ikut nguri-uri apa yang pernah saya dapatkan dari para pendahulu, tetapi mohon maaf, masih sebatas semangat saja dan belum mewujud menjadi tindakan konkrit. Mudah-mudahan saya bisa menemukan jalan yang pas untuk ikut menyumbang perkembangan pencaksilat umumnya dan pencak Tejokusuman pada khususnya. Ada sedikit unek2 saya melihat sambutan hangat masarakat terhadap beladiri dari Brazil yaitu Capoeira. Dulu waktu masih aktif berlatih sering mendengar orang melecehkan pencaksilat seperti, beladiri kok seperti njogedlah, beladiri kok pakai diiringi gamelanlah … ealah sekarang datang Capoeira yang juga dilengkapi dengan tarian dan musik masarakat menyambut dengan antusias dan menganggap sebagai sesuatu yang berbeda dan istimewa !!!
    Tapi sudahlah, mari kita pikirkan yang kedepan saja supaya menjadi lebih baik bagi budaya yang kita cintai ini. Sekian dulu lain kali kita sambung, terimakasih

  17. Lare Gunung Says:

    Salut Mas Djarot!
    Saya bukan anggota PS Krisna murti, cuma orang luar yang senang ada generasi penerus yang mau “ngurusi” peninggalan leluhur
    Dulu sekitar thn. 1976 s/d 1980, sering sekali saya nonton latihan PS Krisnamurti di ndalem Tejokusuman dan Lapangan Mancasan/CMIIW (kebetulan punya sahabat SMA I Yk, yang anggota Krisnamurti dan tinggalnya di sebelah lapangan Bola……. jadi sumber sejarah dan latar belakang gerakan selalu lancar, maklum masih antusias nanya)
    wah kalau ingat latihannya dulu, betul betul nggegirisi……. masak latihan tendangan T, dari ujung ke ujung lapangan bola bolak balik.
    dan kualitas dan kekayaan teknik tidak kalah dengan yang mas Frans Hartono ungkapkan (eh, ngomong omong mas Hartono, apakah anda adalah teman yang berhasil “meracuni” Eko dr Bangka untuk latihan Krisnamurti?)
    Mungkin untuk kedepan perlu diperbaiki “kemasan”nya , biar generasi muda bisa berpaling lagi ke budaya sendiri….. usulan lho!
    salam…!
    Lare Gunung

  18. djarotpurbadi Says:

    Jika benar panjenengan mengamati kami tahun 1976-1980 memang ya demikian dan yang latihan saat itu ya saya dan beberapa teman, termasuk mas F Hartono. Sehabis latihan kami memang istirahat di rumahnya yang terletak di utara lapangan. Matur nuwun atas usulan tentang kemasan baru, memang sedang kami pikirkan. Pola pengajaran masih tradisional, meskipun pemberian substansinya menggunakan pola abjad, bukan pola hafalan jurus (rangkaian beberapa gerakan dasar). Penyakit belajar pencak adalah bosan, tetapi kami para pelatih bersemangat sebab jika siang melatih maka malamnya mendapat pelajaran dari Pak Subarjo, yang konon untuk ikut latihan beliau ada seleksinya yang ketat. Matur nuwun atas tanggapannya.

  19. Lare Gunung Says:

    He, he…maturnuwun tanggapannya!
    Mas Djarot,
    Kadang sedih lihat perkembangan peninggalan leluhur kita itu
    ibaratnya “barang kwalitas bagus” kaki komplit lengkap lagi, tangan ada, gerakan lipat dan pernapasan punya… tapi perkembangannya? malah bule yang antusias seperti kata mas albessartono diatas!
    dan sepertinya itu hampir merata di semua aliran PS di Indonesia, kecuali PS yang bisa melakukan terobosan2 baru
    Coba kita bandingkan dengan “aliran baru” dari Bandung itu, dalam kurun waktu sebentar sudah bisa mempunyai cabang di seluruh daerah, padahal kalau (boleh) dibandingkan …….. hm (?)
    Mungkin kita bisa bedah dan belajar strategi-dari siapapun, selama untuk membawa kemajuan, tetapi tidak menghilangkan dan mengurangi “isi & ciri aliran Tejokusuman” (bukankah ini kelebihan kita)
    Tapi percaya mas Djarot, kalau Krisnamurti punya orang orang seperti anda, dan ada “krenteg” untuk maju, saya yakin tinggal tunggu waktu untuk jadi “tuan rumah” di negeri sendiri!
    maaf lho, kalau lancang memberi masukan! apalagi saya ini org luar, ini cuman krn rasa tresno tehadap krisnamurti dan kenangan indah masa muda…he,he!

    Salam,
    Lare Gunung!
    nb: mas Fx Hartono( kl benar beliau yang disebelah utara Lap. Mancasan) dimana sekarang ya! sudah 28 tahun tidak ketemu

  20. djarotpurbadi Says:

    Wah tanggapannya mencerahkan sekaligus menantang mas. Matur nuwun. Mas Hartono sekarang bekerja di Ajinomoto, namanya kayaknya menjadi Harutono seperti orang Jepang….tetapi bukan Horotoyoh kok. Beliau sebenarnya sudah mencapai tingkatan yang tinggi dalam mempelajari Pencak Tejokusuman, sebab beberapa tahun di bawah supervisi Pak Subarjo ketika Tejokusuman masih belum dijual….Semoga harapan kita bisa terwujud.

  21. Lare Gunung Says:

    Sedikit tambahan mas Djarot,
    Moga2 panjenengan dan team masih sempat merekam gerakan dan petuah “para pinisepuh” secara visual dalam bentuk CD/DVD, buat tinggalan dan hartakarun kepada yang muda2 ini. sebelum nanti “kehilangan”, maaf dan nuwun sewu!
    wah masih banyak yang pengin cerita, tapi tahu dirilah….he,he!

    Salam,
    Lare Gunung
    nb: email atau HP mas Hartono boleh tahu mas? nuwun

  22. djarotpurbadi Says:

    Pernah kepikiran untuk merekam beliau-beliau seperti itu mas, tetapi sampai sekarang belum terlaksana. Benar deh, jika tidak dilakukan tentu kita akan kehilangan obor ! Email dam HP Mas Hartono nanti saya kirim via japri.

  23. Salam Bunga Sepasang,
    Salam dari kami, Keluarga Silat Nasional Indonesia PERISAI DIRI DKI Jakarta.
    Salam Hormat
    Antonius Yuni

  24. Selamat atas diluncurkannya blog ini.Perkenalkan saya Prisotya B Martadi SH jabatan Humas di Pengurus Besar PerPI Harimurti di Jogja.Saat ini kami masih aktif melakukan kegiatan dibeberapa cabang kami di Jogja dan Austria.Jadi kalo dikatakan Perpi Harimurti sedamg mati suri adalah tidak tepat, lebih tepat dikatakan kemarin2 kami lagi lesu dan kurang gairah saja.

  25. djarotpurbadi Says:

    Matur nuwun Mas Budi atas tanggapannya. Kami berharap PerPI Harimurti bergairah lagi seperti masa jayanya. Maklum kami Krisnamurti juga sepi, meskipun ya ada latihan di Pendopo Wisnu Wardhana. Mungkin jaman sudah berubah, sehingga perlu dicari paradigma baru bagaimana melestarikan warisan budaya pencak silat pada umumnya dan warisan Rm. Harimurti khususnya. Blog ini kami rasa menjadi bagian dari cara dan model baru itu. Saya membayangkan, kita bisa menyebar-luaskan warisan Rm. Harimurti melalui sarana dunia cyber ini, semacam kursus pencak via internet atau kursus jarak jauh.

    Bagi saya pencak silat harus menjadi bagian dari kebudayaan bangsa, maka konsekuensinya, ya harus terbuka. Orang tidak harus menjadi anggota sebuah perguruan untuk menguasai pencak silat Tejokusuman sebab kebudayaan sifatnya terbuka dipelajari siapapun. Jika ingin mendapatkan pengalaman murni ya menjadi anggota perguruan PerPI atau Krisnamurti atau yang lain sebagai wadah / organisasi yang melestarikannya.Jika tidak mau ya bebas saja. Mohon dicatat, ini pandangan pribadi, bukan pandangan Krisnamurti, sebab kami masih berdebat soal “kursus pencak via internet” di dalam organisasi. Masalah lain, apakah organisasi lain saudara dari Krisnamurti juga setuju gerakan Tejokusuman dibuka sedemikan lebar. Ini masih menjadi masalah di kalangan kita.

    Salam Hangat,

  26. salam hormat. beberapa waktu terakhir saya sangat tertarik mendalami silat harimurti / tejokusuman. namun karena saya berdomisili di jakarta, maka saya kesulitan untuk mempelajarinya. beberapa waktu lalu saya sempat cuti dan mampir ke perpi harimurti di veteran 13, ketemu dengan beberapa pendekar perpi, diantaranya mas siswanto dan mas wachid serta seorang pendekar sepuh yang saya lupa namanya. sempat beberapa saat belajar dasar2 silat harimurti, dan sempat juga hadir melihat di tempat mas wachid di jalan wates. sayangnya, setelah kembali ke jakarta saya tidak memiliki lagi kesempatan berlatih karena tidak adanya rekan “alumni” silat harimurti yang “buka praktek” di jakarta (padahal katanya banyak yang di jakarta). mungkin ini yang menjadi simpul sulitnya perkembangan silat harimurti / tejokusuman di indonesia…

  27. djarotpurbadi Says:

    Mas Didit, matur nuwun atas tanggapan dan ceriteranya.

    Kami Krisnamurti dengan Perpi adalah sedulur tunggal banyu, jadi dasar-dasar pencak silatnya sama. Perbedaan tentu saja ada, seperti bahasa ada dialeknya. Pencak Tejokusuman dalam situasi yang “memprihatinkan”, namun hal itu perlu dilihat dengan kacamata mana kita memandangnya. Apakah kualitas atau kuantitas ? Benar secara kuantitas mungkin ketinggalan, sebab era pencak silat dengan paradigma lama tampaknya sudah lewat.

    Gagasan paradigma baru dari saya adalah kursus jarak jauh, tetapi tentu ini akan menimbulkan perdebatan panjang. Jika saya pribadi membeberkan gerakan-gerakan pencak Tejokusuman di blog ini, tentu bisa saja, sebab dengan bekal sebuah kamera sederhana saya bisa menayangkan gerakan-gerakan itu (artisnya saya sendiri juga bisa). Saya pasti sanggup, tetapi hal ini tentu menimbulkan pro dan kontra, sebab belum tentu semua setuju. Lagian, kalau saya membuka gerakan dasar di Krinamurti ya tentu artinya juga membuka gerakan dasar yang dikuasai saudara-saudara saya lain organisasi sesama pesilat Tejokusuman.

    Jalan masih panjang…tetapi apa sebenarnya yang ditunggu ????

    Salam: Djarot Purbadi

  28. terima kasih atas responnya mas djarot.

    meskipun sekarang saya masih aktif di sebuah beladiri jepang, namun keinginan saya untuk belajar pencak tejokusuman masih tetap ada, mungkin memang hanya waktu dan tempat yang belum pas. mungkin juga karena ayah saya dulu juga dari pencak tejokusuman dan mengenal baik pak bardjo maupun pak suko, meskipun saking demokratisnya tidak pernah mengajarkannya ke saya.

    dari segi organisasi, saya paham betul posisi mas djarot. semuanya memang harus ditimbang matang. idealnya memang berkembang tanpa merasa ada yang dilangkahi dan ditelanjangi… sebuah tantangan yang menarik.

    salam dari pondok aren.
    dit.

  29. djarotpurbadi Says:

    Mas Didit, saya pernah membayangkan, misalnya, di sebuah atau setiap perumahan ada kelompok penggemar beladiri yang tujuannya adalah mempelajari semua seni beladiri untuk kekayaan pribadi dan komunitas. Para pendekar berinteraksi dengan warga perumahan untuk belajar bersama bermacam-macam beladiri tanpa takut menjadi terkotak-kotak. Hal ini tentu karena saya melihat seni beladiri dengan kacamata baru. Seni beladiri sebagai warisan budaya universal sehingga halal dipelajari siapapun.

    Persoalannya, masih seputar paradigma lama, bahwa sebuah perguruan beladiri ingin tetap eksklusif, bahkan celakanya selalu ingin menambah massa sebab ukuran mereka umumnya kuantitas. Paradigma kuantitas tampaknya sudah saya tanggalkan, dan ingin menggunakan paradigma lain yang lebih memasyarakat-inklusif. Artinya, jangan sampai seni beladiri warisan budaya agung dari manapun menjadi faktor pemecah melainkan harus menjadi lem perekat hubungan antar pribadi dan meluas semakin luas. Seni beladiri, meskipun awalnya adalah sebuah kejadian pertarungan, semestinya bisa menjadi rahmat bagi kemajuan kemanusiaan.

    Nah, perjuangan melampaui titik persoalan ini tidak selalu mulus, sebab orang selalu kuatir rahasianya dicuri atau kalah dalam pertarungan karena hal itu memalukan. Bagi saya, beladiri adalah universal sedangkan pertarungan adalah ditentukan apa yang ada di lapangan. Jadi kalau kalah dalam pertarungan bukan mutu beladirinya yang buruk, melainkan atlet atau orangnya yang memiliki berbagai kekurangan dan lawan memang lebih unggul.

    Perjalanan masih panjang…..tetapi apa yang ditunggu ?

    Salam hangat,

    Djarot Purbadi

  30. Chrisna Deva Says:

    mas Djarot, mas Frans Hartono, lan sederek-sederek sepuh

    mas minta maaf lama sekali tidak kontak karena baru saja pulang dari China krn tugas agak lama disana. Saya rindu ketemu mas dan juga mas Frans. Mudah2an saya bisa pulang ke Jogja dan sowan ke mas Djarot.

    Salam hormat.

    Chrisna Deva

  31. Chrisna Deva Says:

    Mas Djarot,

    Saya kemarin membaca tentang Romo Hari – dari mulai timur hingga akhir hayatnya – juga tentang Krisnamurti. Sayangnya yang nulis orang bule, he, he he,….. Saya berpikir bagaimana kalau kita menerbitkan lagi buku tentang beliau dan juga tentang Krisnmurti. Mungkin untuk kalangan terbatas syukur-syukur bisa di publikasiakn lebih luas. Saya dengan senang hati mau mensponsori sesuai dengan kemampuan saya.

    Mas Djarot,
    Kalau boleh saya mohon nomor Hp mas Djarot biar bisa intens berkomunikasinya.

    Salam,

    CD

    • djarotpurbadi Says:

      Mas, saya tertarik informasi panjenengan ini. Saya kira bagus ada yang pernah menulis riwayat RM. Harimurti, meskipun orang bule. Apakah panjenengan punya bukunya, kita malah nggak punya Mas.
      Tentang komunikasi, bisa via hp 081 2295 3205 atau via email: dpurbadi@yahoo.com yang selalu saya buka atau purbadi@mail.uajy.ac.id. Wah matur nuwun atas uluran tangan untuk menerbitkan buku, segera akan saya kontak teman-teman untuk menanggapi kebaikan hati panjenengan. Mohon diingat Mas, teman-teman di Jogja umumnya pandai melakukan gerakan pencak tetapi memang kurang mampu menuliskannya…nah itu kayaknya tugas saya dan sedikit teman yang punya kompetensi seperti itu.

      Selamat bertugas. Nuwun
      DP

  32. Dody Octaviana P Says:

    Salam kenal,
    Saya pernah berlatih Pencak Harimurti sekitar Th 1992-1994 di Jl Veteran 13 Yogya. Pelatih saya waktu itu Mas Chris, Mbak Rina (Banyuwangi), Bp Tarsono (Tlg.Ambarketawang), juga ada Guru Besar Bhineka Tunggal Sakti Mataram (lupa nama). Puji Tuhan masih ada panjenengan & beliau-beliau yang mau menjalankan amanat Ndoro Hari untuk Nguri -uri & mengembangkan Pencak Tejokusuman. Matur Nuwun (031-70049234)

  33. djarotpurbadi Says:

    Salam kenal juga dari saya Mas, kita belum pernah jumpa ya meski dekat hanya di Yogya. Sekitar tahun 1992-1994 saya memang sudah jarang aktif di tempat latihan, sebab saya sudah berkeluarga dan rada sibuk sebagai pengajar di Atma Jaya Yogyakarta. Matur nuwun atas dukungannya yang memberi semangat kepada kita semua untuk melestarikan warisan Suwargi RM. Harimurti.

  34. salam kenal nama saya faisal.
    saya tertarik ingin mempelajari silat gaya tejokusuman tetapi tidak tau tempat latian dan mendaftar di mana.
    mohon penjelasannya.
    domisili saya di gamping,sleman.
    matur nuwun….

  35. Salam Sejahtera …
    selamat atas terbitnya blog ini, saya salomo simanjuntak, tinggal di jakarta, saya pernah latihan PERPI HARIMURTI, tahun 1989 – 1993, di jalan veteran no 13,pelatihnya Bpk Suko Winadi (Almarhum), Bpk Siswono, Bpk Siswanto … Bpk Sardjono … dll .. dan di tahun berikutnya sempat melatih di PERPI Hari Murti, berhubung karena pekerjaan saya sekarang prakek akupunktur & pengajar akupunktur,jadi jarang aktif di silat, mudah2an dgn adanya blog ini Teknik Pencak SIlat warisan RM HariMurti dan Falsafahnya dapat dipertahankan & dilestarikan …
    Salam juga kepada teman2x PERPI Hari Murti dimanapun berada …
    Tks

  36. hebiryu Says:

    salam mas..

    mohon permisi, saya menuliskan cerita tentang kanjeng gusti hari murti di kaskus.

    http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3527875

    mohon kesediaannya untuk tampil & berinteraksi dengan rekan-rekan disana yang kebetulan juga punya minat untuk melestarikan silat / kebudayaan leluhur.

    • Salam Mas Djarot
      Tgl. 8 Juni 2010 saya ke makam Ndoro Hari. Kebetulan saya motret-motret sedikit. Udah itu saya ke Ndalem Tejokusuman yg sekarang sudah dijadikan BCB.Saya senang dengan Blog Anda ini. Saya jadi mengerti bahwa Perpi Harimurti masih ada (bekasnya). Di Sleman saya dulu dilatih oleh Mas Sarjono, Ir. Murdokojati, Mas Daliman. Tapi saya tidak pernah menjadi pesilat yang tangguh. Saya juga tidak tahu apa kegiatan atau kesibukan pelatih2 kami itu sekarang. Hanya saya senang dengan pencak ini. Paling tidak hal ini menambah referensi dalam hidup saya. Ketika saya menulis cerita (perang/silat) saya jadi mengerti tentang macam2 pukulan, tendangan, tangkisan, dll. yang amat berguna untuk menghidupkan suasana cerita yang saya buat (kebetulan saya jadi penulis). Saya memang punya harapan dokumentasi tentang Ndoro hari dan Silat Tejokusuman bisa terwujud.

  37. djarotpurbadi Says:

    Mas Sartono kebetulan sekali anda senang pencan dan menulis. Tahun lalu saya mendapat tawaran dari mas Chrisnadeva (ada di posting weblog ini) menantang saya untuk menuliskan RM Harimurti dan pencaknya. Saya menyanggupi ternyata tidak jalan karena saya sibuk dengan penyelesaian disertasi saya dan sekarang sudah selesai. Bagaimana jika kapan-kapan kita ketemu dan mencoba ngobrol untuk menuliskannya? Saya di Tejokusuman memang pernah aktif sekali sekitar tahun 76-80, bahkan pernah jadi tim tempur cadangan yang berlatih dengan porsi berat. Kami biasanya sore melatih dan malam berlatih. Mumpung masih ada bapak-bapak kita, kita masih bisa melacak data secara lebih lengkap tentang Krisnamurti, Perpi dll.

    • Salam
      Mas Djarot saya memang senang menulis dan menikmati pencak (beladiri). Untuk menulis sejarah RM Harimurti dan katakanlah otobiografinya saya tidak terlalu yakin bahwa saya bisa. Hanya saya punya angan2 bila hendak menulis hal ini bisa kita mulai dari riwayat hidup RM Harimurti dulu. (silsilah, masa kanak2, masa remaja, dewasa, perolehan & pengalamannya dalam menimba ilmu beladiri, bagaimana ia menyebarkan ilmunya/mengajar, bagaimana ia bertanding, apa nasihat2nya, apa keistimewaan ilmu beladiri dan ilmu lain yang ia miliki, bagaimana metode dia mengajar, dll-sokur ada dokumentasi fotonya).
      Lalu bisa dimulai siapa saja muridnya yang cukup menonjol, bagimana Harimurit berdiri, bagaimana Krisnamurti berdiri, bagaimana bentuk organisasi dan anggotanya. Sumbangan atau prestasi apa yang telah HArimurit dan Krisnamuri capai atau sumbangkan. Bagaimana pengalaman2 selama menimba ilmu di Harimurti ataupun Krisnamurti, Apa perbedaan dan persamaan Krisnamurti dan Harimurti, dll. Saya kira semakin detil dan semakin lengkap akan menjadi lebih menarik danlebih berguna.
      Dulu saya pernah punya buku tentang riwayat PS Harimurti yang disusun oleh alm. BP Sukowinadi, namun ketika sacari kembali saya tidak bisa menemukannya lagi.
      Salam

  38. djarotpurbadi Says:

    Mas kami Krisnamurti mulai menjalin hubungan pribadi maupun kelembagaan dengan PS Harimurti (PerPi), sudah beberapa kali bertemu dan pernah syawalan bersama. Kapan-kapan kita programkan penulisan ini dengan lebih baik. Sebab kerinduan untuk mendokumentasikan PS dan biografi RM Harimurti yang lebih lengkap (termasuk para siswa generasi awal) tampaknya berkembang dan belum mendapat saluran yang pas.

    Nuwun.

  39. Mas Djarot saya agak prihatin ternyata kalau kita jiarah ke makam Kunci Rukmi kita seperti dioyak2 sama jurukunci untuk memberi sesuatu. Itu tidak apa2 asal wajar2 saja. Tapi saya rasa ada kesan memaksa dan grudugan. Bagaimana menurut Mas Djarot ?
    Mas, untuk mengenalkan silat warisan Ndara Hari ini mungkin juga teman2 yang aktif di Krisnamurti dan Harimurti secara agak rutin jalan2/kirab di jalan2 di Jogja (misalnya sehabis latihan atau sebelum latihan) dengan begitu akan ada banyak warga Jogja yang tahu tentang denyut kehidupan kedua organisasi ini.
    Oh iya, sebagai tambahan informasi, saya bekerja di Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,4, Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul. Saya relatif aktif menulis di Majalah Jaya Baya (Surabaya) , Djaka Lodang, dan Koran Merapi. Saya juga aktif menulis di web http://www.tembi.org. Blog saya di resiseta.blogspot.com. Silakan mampir kalau ada waktu.
    Salam,
    Albes Sartono

    • Saya dari Perguruan POPSI Bhayu Manunggal cabang Wonosari. sekarang tinggal di Bogor. Cileungsi berdekatan dengan Cikeas. Mungkin saya pernah mengenal Perguruan Krisna Mukti yang notabene waktu itu tingkat perguruannya hampir sama dengan perguruan saya. Karena semua perguruan tersebut sebagai pecahan aliran dari perguruan saya. Waktu itu hampir ada kurang lebih 7 perguruan: POPSI Bhayu Manunggal, Krisna Mukti, Harimukti, margoloyo, satria nusantara, tapak saketi, dllnya maklum saya mulai sedikit lupa.
      Jika ingin lebih rinci mungkin bisa ke e-mail tugi.takeda@yahoo.com salam sukses.

  40. alhamdulilah,.,., saya punya barang peninggalan ndoro Hari.,.,.

  41. Hello there! I know this is kinda off topic but I’d figured I’d ask. Would you be interested in trading links or maybe guest writing a blog article or vice-versa? My website addresses a lot of the same topics as yours and I feel we could greatly benefit from each other. If you are interested feel free to send me an email. I look forward to hearing from you! Superb blog by the way!

  42. indra agustian Says:

    salam kenal mas saya dulu pernah latihan di perpi harimurti,tapi sekarang saya tinggal di lampung utara,yang ingin saya tanyakan apakah ada informasi tentang murid2 dari krisnamurti atau harimurti yang tinggal di lampung,makasih mas atas informasinya…

  43. supriyatno Says:

    saya awam soal penca silat dan tidak tahu sama sekali tapi akhir-akhir ini setiap dengar lagu silat terutama lagu buah kawung kalau di sunda , saya langsung kemasukan leluhur saya dengan memperagakan jurus x jurus seperti burung terbang dan kaki saya seperti menendangx , lain lagi adik saya dia penca silatnya kerasukan dengan memakai jurusx harimau ,baik saya dan adik sayatidak mengerti tentang silat ,

  44. Salam Panca setya

    saya sebagai Murid Perguruan Pencak Silat POPSI Bhayu Manunggal Penerus Eyang Pandito Dharmowiryo asuhan Bp.Nurcahyo ( kepil ), Bp.Very ( Guru STM Negeri ), Bp. Susilo
    dengan nama Tugiyono julukan di kota Bogor ( Sikecil terbang ).

    Slalu mengucapkan salam Panca Setya kepada semuanya
    dan salam sukses slalu.

    Pengalaman:

    Ketika saya naik motor Tiger 2000 yang baru saya beli tahun 2004.
    saya pernah tertabrak motor oleh anak ABG yg sedang trek di jalan raya umum yg diikuti oleh dua mobil yakni truk dan bis.

    Waktu itu secara tidak sengaja atau disebut dg gerak reflek saya berhasil mengelak secara tiba-tiba. Ketika itu saya hanya menarik nafas dan tiba tiba badan saya salto ke atas dan jatuh langsung koprol depan 5 kali. Sesaat kira kira kurang 1 meter dari lawan arah jalan ada mobil sedang melaju kencang. Ya sujud syukur saya ketika itu tiba-tiba tanpa pikir panjang saya langsung koprol kebelakang dan salto kembali kekiri jalan berhenti pada dekat tank motorku yang terpelanting kekiri jalan. Motor yang menabrak hancur jadi tiga. saya pun selamat berkat latihan ilmu pernafasan dan bela diri POPSI Bhayu Manunggal cabang Wonosari.

    Itulah berbagi pengalaman saya.
    salam Panca Setya.
    salam pembaca dan mohon maaf atas kekurangan saya.
    tugi.takeda@yahoo.com

  45. masih aktif ga ya ??

Leave a reply to djarotpurbadi Cancel reply